Setengah Nyawa
 
Bukan hal tabu untuk di cerna,hampir semua remaja pernah melewati arah tersulit dan pelik dalam urusan asmara.
dan aku percaya tragedi yang menimpa hidupku hanyalah satu percikan debu dan anai-anai dari sekian juta tragedi terdahsyat percintaan di wajah masamnya bumi para manusia ini.
simpan saja semua sesal, mari beradu gundah bertukar resah memadu luka dalam secangkir kopi yang sama.

Biarkan saja istana di mabuk nostalgia masa itu, masa tangis dan tawa hampir sama rasanya. 

lihat seberapa gila kita menari di antara kepulan asap batang demi batang belenggu masa kecil ini. 
tak akan pernah terasa beda janggut tebal dan kumis lebat saat tawa ria sejawat berpacu melewati lembaran berdebu masa putih abu-abunya bangku sekolah. 

<amp-auto-ads type="adsense"
        data-ad-client="ca-pub-3687026969540279">
</amp-auto-ads>

Clik.... clink.... Dengan tatapan kosong dan wajah tanpa ekspresi Rizam memainkan tutup gelas yang ada di depannya dan mulai menatapnya tajam. 
seketika suasana menjadi hening, semua menjadi sibuk dengan memori dalam benaknya masing-masing. 
semua terasa dingin dan tampak tenang sampai akhirnya Eza menggeser duduknya dan tiba-tiba memulai kembali perbincangan tak berarah itu. 

"Eh... pernahkah diantara kalian yang berfikir bahwa hidup ini hanyalah topeng hitam dari kematian?, dan kita tengah terjebak dalam gelapnya." hahahaha eza berbicara antusias bak ilmuan teologi dan filsafat. 



teori intuisi diri yang kebenarannyapun belum di ketahui. 
Rizam dan ketiga temannya hanya bisa terperangah dan menggelengkan kepala mengingat Eza yang dulu semasa SMAnya jail, usil, dan bandel blunder bin blehong si tukang bohong. 
malah mengeluarkan teori baru yang sampai wisudapun belum ada dosen yang menyampaikan teori itu.

"kok pada diem, bengong kayak jomblo kesambet?" Tak habis memikirkan itu Azril dan yang lainnya di buyarkan oleh pertanyaan Eza yang konyol. 
dan di sela kejadian lucu sekaligus mencengangkan itu Hendra mengernyitkan dahinya seraya membuka kedua telapak tangannya dan mulai mengangkat bahunya seolah meyakinkan semuanya luar biasa aneh dak tak bisa di mengerti   apa yang di katakan Eza. 

Entah sejak kapan dia menjadi se serius ini perihal hidup ? Bukan dulu dia hanya memiliki satu cara paling prinsip dalam hidupnya, yaitu menikmatinya seperti sebuah game berpetualang melewati aral dan arah dengan keseruan tak jelas. Kalah menang urusan nanti yang dia berfikir cukup dengan melangkah tanpa strategi dan menaikkan level setinggi mungkin, gagal bisa di ulang lagi tanpa rasa sesal dan sakit akan hari-hari yang terlewati atau rasa resah dan takut akan hari esok.

"Hacchh ... Sudahlah... kita memang telah berubah, dewasa ini kita sama-sama melewati perjalanan kacau yang mungkin telah mengajarkan kita banyak hal dan kita benar-benar bertranformasi dari masa itu kemasa dimana kita akan mulai saling mengerti dan memahami kembali satu sama lain" sahut Azriel yang sedari tadi sempat terdiam memikirkan kata-kata eza.

Yuuuppss... benar sakali. Rizam menanggapi percakapan kaku itu. Kita memang telah berada di fase dimana Hidup itu adalah pergerakan progresif yang bukan hanya sekedar berani berkata move on tetapi juga go on ya kan? hahahaha... lanjutnya sambil tertawa.
seketika suasana kembali renyah di penuh tawa sedang Azriel tersipu malu dan menunddukan kepalanya mengingat kata move on dan go on adalah kata-kata yang dulu pertama kali terucap dari bibirnya saat shella gadis manis bersahaja itu menamparnya dengan prahara perpindahannya keluar kota. 

Masih terekam jelas, bagaimana bibir merah shella bergetar seraya menceritakan banyak hal di hadapan Azriel sampai di akhir pembicaraan mereka berdua bermuara pada perpisahan tak terelakkan.

Bersambung....!!!


<script async custom-element="amp-auto-ads"
        src="https://cdn.ampproject.org/v0/amp-auto-ads-0.1.js">
</script>


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MODERASI BERAGAMA

WAWASAN NUSANTARA